Membongkar
Kesesatan Ajaran Wahabi Yang Membagi Tauhid kepada 3 Bagian; tauhid
uluhiyyah, tauhid
Rububiyyah , tauhid
Asma' Wash-shifa t
Pendapat kaum Wahabi yang membagi tauhid kepada tiga bagian;
tauhid Ulûhiyyah,
tauhid Rubûbiyyah , dan
tauhid al-Asmâ’ Wa ash-Shifât
adalah bid’ah batil yan menyesatka n.
Pembagian tauhid seperti ini sama sekali tidak memiliki dasar, baik
dari al-Qur’an,
hadits, dan tidak ada seorang-pu n
dari para ulama Salaf atau seorang ulama saja yang kompeten dalam
keilmuanny a yang
membagi tauhid kepada tiga bagian tersebut. Pembagian tauhid kepada
tiga bagian ini adalah pendapat ekstrim dari kaum Musyabbiha h masa sekarang; mereka mengaku datang
untuk memberanta s
bid’ah namun sebenarnya
mereka adalah orang-oran g
yang membawa bid’ah.
Di antara dasar yang dapat membuktika n kesesatan pembagian tauhid ini adalah
sabda Rasulullah :
أمِرْتُ أنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتىّ يَشْهَدُوْ ا أنْ لاَ إلهَ إلاّ اللهُ وَأنّيْ
رَسُوْل اللهِ، فَإذَا فَعَلُوْا ذَلكَ عُصِمُوْا مِنِّي دِمَاءَهُم ْ وأمْوَالَه ُمْ إلاّ بِحَقّ (روَاه البُخَاريّ )
“Aku diperintah
untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
(Ilâh) yang berhak disembah kecuali Allah dan bahwa saya adalah utusan
Allah. Jika mereka melakukan itu maka terpelihar a dariku darang-dar ah mereka dan harta-hart a mereka kecuali karena hak”. (HR
al-Bukhari ).
Dalam hadits ini Rasulullah
tidak membagi tauhid kepada tiga bagian, beliau tidak mengatakan bahwa seorang yang mengucapka n “Lâ Ilâha Illallâh” saja tidak cukup
untuk dihukumi masuk Islam, tetapi juga harus mengucapka n “Lâ Rabba Illallâh”. Tetapi makna hadits ialah bahwa
seseorang dengan hanya bersaksi dengan mengucapka n “Lâ Ilâha Illallâh”, dan bersaksi bahwa Nabi Muhammad
adalah utusan Allah maka orang ini telah masuk dalam agama Islam.
Hadits ini adalah hadits mutawatir dari Rasulullah , diriwayatk an oleh sejumlah orang dari kalangan
sahabat, termasuk di antaranya oleh sepuluh orang sahabat yang telah
medapat kabar gembira akan masuk ke surga. Dan hadits ini telah
diriwayatk an oleh
al-Imâm al-Bukhari
dalam kitab Shahih-nya .
Tujuan kaum 'Wahabi' Musyabbiha h
membagi tauhid kepada tiga bagian ini adalah tidak lain hanya untuk
mengkafirk an
orang-oran g Islam ahi
tauhid yang melakukan tawassul dengan Nabi Muhammad, atau dengan
seorang wali Allah dan orang-oran g
saleh. Mereka mengklaim bahwa seorang yang melakukan tawassul seperti
itu tidak mentauhidk an
Allah dari segi tauhid Ulûhiyyah.
Demikian pula ketika mereka membagi tauhid kepada tauhid al-Asmâ’ Wa
ash-Shifât , tujuan
mereka tidak lain hanya untuk mengkafirk an orang-oran g yang melakukan takwil terhadap
ayat-ayat Mutasyâbih ât.
Oleh karenanya, kaum
Musyabbiha h ini adalah
kaum yang sangat kaku dan keras dalam memegang teguh zhahir teks-teks
Mutasyâbih ât dan
sangat “alergi” terhadap takwil. Bahkan mereka mengatakan : “al-Mu’aw- wil Mu’ath-thi l”; artinya seorang yang melakukan
takwil sama saja dengan mengingkar i
sifat-sifa t Allah. Na’ûdzu
Billâh.
Dengan hanya hadits shahih di atas, cukup bagi kita untuk menegaskan bahwa
pembagian tauhid kepada tiga bagian di atas adalah bid’ah batil yang
dikreasi oleh orang-oran g
yang mengaku memerangi bid’ah yang sebenarnya mereka sendiri ahli bid’ah. Bagaimana
mereka tidak disebut sebagai ahli bid’ah, padahal mereka membuat ajaran
tauhid yang sama sekali tidak pernah dikenal oleh orang-oran g Islam?!
Di mana logika mereka, ketika mereka mengatakan
bahwa tauhid Ulûhiyyah saja tidak cukup, tetapi juga harus dengan
pengakuan tauhid Rubûbiyyah ?!
Bukankah ini berarti menyalahi hadits Rasulullah di atas?! Dalam hadits di atas sangat
jelas memberikan
pemahaman kepada kita bahwa seorang yang mengakui ”Lâ Ilâha Illallâh”
ditambah dengan pengakuan kerasulan Nabi Muhammad maka cukup bagi orang
tersebut untuk dihukumi sebagai orang Islam. Dan ajaran inilah yang
telah diprakteka n oleh
Rasulullah ketika
beliau masih hidup. Apa bila ada seorang kafir bersaksi dengan ”Lâ
Ilâha Illallâh” dan ”Muhammad Rasûlullâh ” maka oleh Rasulullah orang tersebut dihukumi sebagai
seorang muslim yang beriman.
Kemudian Rasulullah memerintah kan kepadanya untuk melaksanak an shalat sebelum memerintah kan kewajiban- kewajiban lainnya; sebagaiman a hal ini diriwayatk an dalam sebuah hadits oleh al-Imâm
al-Bayhaqi dalam Kitâb
al-I’tiqâd .
Sementara kaum 'Wahabi' Musyabbiha h di
atas membuat ajaran baru; mengatakan
bahwa tauhid Ulûhiyyah saja tidak cukup, ini sangat nyata telah
menyalahi apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah . Mereka tidak paham bahwa ”Ulûhiyyah ” itu sama saja dengan ”Rubûbiyya h”, bahwa ”Ilâh” itu sama saja artinya
dengan ”Rabb”.
Kemudian kita katakan pula kepada mereka;
Di dalam banyak hadits diriwayatk an
bahwa di antara pertanyaan
dua Malaikat; Munkar dan Nakir yang ditugaskan untuk bertanya kepada ahli kubur
adalah: ”Man Rabbuka?”.
Tidak bertanya dengan ”Man Rabbuka?” lalu diikutkan dengan ”Man
Ilahuka?”. Lalu
seorang mukmin ketika menjawab pertanyaan dua Malaikat tersebut cukup dengan
hanya berkata ”Allâh Rabbi”, tidak harus diikutkan dengan ”Allâh
Ilâhi”. Malaikat Munkar dan Nakir tidak membantah jawaban orang mukmin
tersebut dengan mengatakan :
”Kamu hanya mentauhidk an
tauhid Rubûbiyyah
saja, kamu tidak mentauhidk an
tauhid Ulûhiyyah! !”.
Inilah pemahaman yang dimaksud dalam hadits Nabi tentang pertanyaan dua Malaikat dan jawaban seorang
mukmin dikuburnya
kelak. Dengan demikian kata ”Rabb” sama saja dengan kata ”Ilâh”,
demikian pula ”tauhid Ulûhiyyah”
sama saja dengan ”tauhid Rubûbiyyah ”.
Dalam kitab Mishbâh al-Anâm, pada pasal ke dua, karya al-Imâm Alawi ibn Ahmad al-Haddad,
tertulis sebagai berikut:
”Tauhid Ulûhiyyah masuk dalam pengertian tauhid Rubûbiyyah dengan dalil bahwa Allah telah
mengambil janji (al-Mîtsâq )
dari seluruh manusia anak cucu Adam dengan firman-Nya ”Alastu Bi Rabbikum?” .
Ayat ini tidak kemudian diikutkan dengan ”Alastu Bi Ilâhikum?” .
Artinya; Allah mencukupka nnya
dengan tauhid Rubûbiyyah ,
karena sesungguhy a
sudah secara otomatis bahwa seorang yang mengakui ”Rubûbiyya h” bagi Allah maka berarti ia juga
mengakui ”Ulûhiyyah ”
bagi-Nya. Karena makna ”Rabb” itu sama dengan makna ”Ilâh”. Dan karena
itu pula dalam hadits diriwayatk an
bahwa dua Malaikat di kubur kelak akan bertanya dengan mengatakan ”Man Rabbuka?”, tidak kemudian ditambahka n dengan ”Man Ilâhuka?”. Dengan demikian sangat jelas bahwa
makna tauhid Rubûbiyyah
tercakup dalam makna tauhid Ulûhiyyah.
Di antara yang sangat mengherank an dan sangat aneh adalah perkataan
sebagian pendusta besar terhadap seorang ahli tauhid; yang bersaksi ”Lâ
Ilâha Illallâh, Muhammad Rasulullah ”,
dan seorang mukmin muslim ahli kiblat, namun pendusta tersebut berkata
kepadanya: ”Kamu
tidak mengenal tahuid. Tauhid itu terbagi dua; tauhid Rubûbiyyah dan tauhid Ulûhiyyah. Tauhid Rubûbiyyah adalah tauhid yang telah diakui oleh
oleh orang-oran g kafir
dan orang-oran g
musyrik. Sementara tauhid Ulûhiyyah adalah adalah tauhid murni yang
diakui oleh orang-oran g
Islam. Tauhid Ulûhiyyah inilah yang menjadikan dirimu masuk di dalam agama Islam.
Adapun tauhid Rubûbiyyah
saja tidak cukup”. Ini adalah perkataan orang sesat yang sangat aneh.
Bagaimana ia mengatakan
bahwa orang-oran g
kafir dan orang-oran g
musyrik sebagai ahli tauhid?! Jika benar mereka sebagai ahli tauhid
tentunya mereka akan dikeluarka n
dari neraka kelak, tidak akan menetap di sana selamanya, karena tidak ada seorangpun ahli tauhid yang akan menetap di daam
neraka tersebut sebagaiman a
telah diriwayatk an
dalam banyak hadits shahih. Adakah kalian pernah mendengar di dalam
hadits atau dalam riwayat perjalanan
hidup Rasulullah
bahwa apa bila datang kepada beliau orang-oran g kafir Arab yang hendak masuk Islam
lalu Rasulullah
merinci dan menjelaska n
kepada mereka pembagian tauhid kepada tauhid Ulûhiyyah dan tauhid
Rubûbiyyah ?! Dari mana
mereka mendatangk an
dusta dan bohong besar terhadap Allah dan Rasul-Nya ini?! Padalah
sesungguhn ya seorang
yang telah mentauhidk an
”Rabb” maka berarti ia telah mentauhidk an ”Ilâh”, dan seorang yang telah
memusyrika n ”Rabb”
maka ia juga berarti telah memusyrika n ”Ilâh”. Bagi seluruh orang Islam
tidak ada yang berhak disembah oleh mereka kecuali ”Rabb” yang juga
”Ilâh” mereka. Maka ketika mereka berkata ”Lâ Ilâha Illallâh”; bahwa hanya Allah Rabb mereka yang
berhak disembah; artinya mereka menafikan Ulûhiyyah dari selain Rabb
mereka, sebagaiman a
mereka menafikan Rubûbiyyah
dari selain Ilâh mereka. Mereka menetapkan ke-Esa-an bagi Rabb yang juga Ilâh
mereka pada Dzat-Nya, Sifat-sifa t-Nya,
dan pada segala perbuatan- Nya;
artinya tidak ada keserupaan
bagi-Nya secara mutlak dari berbagai segi”.
(Masalah):
Para ahli bid’ah dari kaum Musyabbiha h biasanya berkata: ”Sesungguh nya para Rasul diutus oleh Allah
adalah untuk berdakwah kepada umatnya terhadap tauhid Ulûhiyyah; yaitu agar mereka mengakui bahwa hanya
Allah yang berhak disembah. Adapun tauhid Rubûbiyyah ; yaitu keyakinan bahwa Allah adalah
Tuhan seluruh alam ini, dan bahwa Allah adalah yang mengurus segala
peristiwa yang terjadi pada alam ini, maka tauhid ini tidak disalahi
oleh seorang-pu n dari
seluruh manusia, baik orang-oran g
musyrik maupun orang-oran g
kafir, dengan dalil firman Allah dalam QS. Luqman:
وَلَئِن سَأَلْتَهُ م
مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَ اتِ
وَاْلأَرْض ِ
لَيَقُولَن َّ اللهُ (لقمان:
25)
“Dan jika engkau bertanya kepada mereka siapakah yang menciptaka n seluruh
lapisan langit dan bumi? Maka mereka benar-bena r akan menjawab: “Allah”
(QS. Luqman: 25)
(Jawab): Perkataan mereka ini murni sebagai kebatilan belaka. Bagaimana mereka berkata bahwa seluruh orang-oran g kafir dan orang-oran g musyrik sama dengan orang-oran g mukmin dalam tauhid Rubûbiyyah ?! Adapun pengertian ayat di atas bahwa orang-oran g kafir mengakui Allah sebagai Pencipta
langit dan bumi adalah pengakuan yang hanya di lidah saja, bukan
artinya bahwa mereka sebagai orang-oran g ahli tauhid; yang mengesakan Allah dan mengakui bahwa hanya Allah
yang berhak disembah. Terbukti bahwa mereka menyekutuk an Allah, mengakui adanya tuhan yang
berhak disembah kepada selain Allah. Mana logikanya jika orang-oran g musyrik disebut sebagai ahli tauhid?!
Rasulullah tidak
pernah berkata kepada seorang kafir yang hendak masuk Islam bahwa di
dalam Islam terdapat dua tauhid; Ulûhiyyah dan Rubûbiyyah ! Rasulullah tidak pernah berkata kepada seorang
kafir yang hendak masuk Islam bahwa tidak cukup baginya untuk menjadi
seorang muslim hanya bertauhid Rubûbiyyah saja, tapi juga harus bertauhid
Ulûhiyyah! Oleh karena
itu di dalam al-Qur’an Allah berfirman tentang perkataan Nabi Yusuf
saat mengajak dua orang di dalam penjara untuk mentauhidk an Allah:
أَأَرْبَاب ٌ
مُتَفَرّقُ وْنَ خَيْرٌ
أمِ اللهُ الْوَاحِدُ
الْقَهّار (يوسف: 39
”Adakah rabb-rabb yang bermacam-m acam tersebut lebih baik ataukah Allah
(yang lebih baik) yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan yang maha
menguasai? !”
(QS. Yusuf: 39).
Dalam ayat ini Nabi Yusuf menetapkan kepada mereka bahwa hanya Allah sebagai Rabb
yang berhak disembah.
Perkataan kaum Musyabbiha h
dalam membagi tauhid kepada dua bagian, dan bahwa tauhid Ulûhiyyah
(Ilâh) adalah pengakuan hanya Allah saja yang berhak disembah adalah
pembagian batil yang menyesatka n,
karena tauhid Rubûbiyyah
adalah juga pengakuan bahwa hanya Allah yang berhak disembah,
sebagaiman a yang
dimaksud oleh ayat di atas. Dengan demikian Allah adalah Rabb yang
berhak disembah, dan juga Allah adalah Ilâh yang berhak disembah. Kata
“Rabb” dan kata “Ilâh” adalah kata yang memiliki kandungan makna yang
sama sebagaiman a telah
dinyatakan oleh al-Imâm
Abdullah ibn Alawi al-Haddad di atas.
Dalam majalah Nur al-Islâm, majalah ilmiah bulanan yang diterbitka n oleh para
Masyâyikh al-Azhar asy-Syarif
Cairo Mesir, terbitan tahun 1352 H, terdapat tulisan yang sangat baik
dengan judul “Kritik atas pembagian tauhid kepada Ulûhiyyah dan
Rubûbiyyah ” yang telah
ditulis oleh asy-Syaikh
al-Azhar al-‘Allamâ h Yusuf
ad-Dajwi al-Azhari (w 1365 H), sebagai berikut:
[[“Sesungg uhnya
pembagian tauhid kepada Ulûhiyyah dan Rubûbiyyah adalah pembagian yang tidak pernah
dikenal oleh siapapun sebelum Ibn Taimiyah. Artinya, ini adalah bid’ah
sesat yang telah ia munculkann ya.
Di samping perkara bid’ah, pembagian ini juga sangat tidak masuk akal;
sebagaiman a engkau
akan lihat dalam tulisan ini. Dahulu, bila ada seseorang yang hendak
masuk Islam, Rasulullah
tidak mengatakan
kepadanya bahwa tauhid ada dua macam. Rasulullah tidak pernah mengatakan bahwa engkau tidak menjadi muslim
hingga bertauhid dengan tauhid Ulûhiyyah (selain Rubûbiyyah ), bahkan memberikan isyarat tentang pembagian tauhid ini,
walau dengan hanya satu kata saja, sama sekali tidak pernah dilakukan
oleh Rasulullah .
Demikian pula hal ini tidak pernah didengar dari pernyataan ulama Salaf; yang padahal kaum
Musyabbiha h sekarang
yang membagi-ba gi
tauhid kepada Ulûhiyyah dan Rubûbiyyah tersebut mengaku-ak u sebagai pengikut ulama Salaf. Sama sekali
pembagian tauhid ini tidak memiliki arti. Adapun firman Allah:
وَلَئِن سَأَلْتَهُ م
مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَ اتِ
وَاْلأَرْض ِ
لَيَقُولَن َّ اللهُ (لقمان:
25)
“Dan jika engkau bertanya kepada mereka siapakah yang menciptaka n seluruh
lapisan langit dan bumi? Maka mereka benar-bena r akan menjawab: “Allah” (QS. Luqman: 25)
Ayat ini menceritak an
perkataan orang-oran g
kafir yang mereka katakan hanya di dalam mulut saja, tidak keluar dari
hati mereka. Mereka berkata demikian itu karena terdesak tidak
memiliki jawaban apapun untuk membantah dalil-dali l kuat dan argumen-ar gumen yang sangat nyata (bahwa hanya
Allah yang berhak disembah).
Bahkan, apa yang mereka katakan tersebut (pengakuan ketuhanan Allah) ”secuil”-p un tidak ada di dalam hati mereka,
dengan bukti bahwa pada saat yang sama mereka berkata dengan ucapan-uca pan yang menunjukan kedustaan mereka sendiri. Lihat,
bukankah mereka menetapkan
bahwa penciptaan
manfaat dan bahaya bukan dari Allah?! Benar, mereka adalah orang-oran g yang tidak mengenal Allah. Dari
mulai perkara-pe rkara
sepele hingga peristiwa- peristiwa
besar mereka yakini bukan dari Allah, bagaimana mungkin mereka
mentauhidk an-Nya?!
Lihat misalkan firman Allah tentang orang-oran g kafir yang berkata kepada Nabi Hud:
إِن نَّقُولُ إِلاَّ اعْتَرَاكَ بَعْضُ ءَالِهَتِن َا بِسُوءٍ (هود: 54)
”Kami katakan bahwa tidak lain engkau telah diberi keburukan atau dicelakaka n oleh
sebagian tuhan kami” (QS. Hud: 54).
Sementara Ibn Taimiyah berkata bahwa dalam keyakinan orang-oran g musyrik
tentang sesembahan -sesembaha n mereka tersebut tidak memberikan manfaat dan bahaya sedikit-pu n. Dari mana Ibn Taimiyah berkata
semacam ini?! Bukankah ini berarti ia membangkan g kepada apa yang telah difirmanka h Allah?! Anda lihat lagi ayat lainnya
dari firman Allah tentang perkataan- perkataan orang kafir tersebut:
وَجَعَلُوا
للهِ مِمَّا ذَرَأَ مِنَ الْحَرْثِ وَاْلأَنْع َامِ نَصِيبًا فَقَالُوا هَذَا للهِ
بِزَعْمِهِ مْ وَهَذَا
لِشُرَكَآئ ِنَا
فَمَاكَانَ لِشُرَكَآئ ِهِمْ فَلاَيَصِل ُ إِلَى اللهِ وَمَاكَانَ للهِ فَهُوَ يَصِلُ إِلَى شُرَكَآئِه ِمْ (الأنعام: 136)
”Lalu mereka berkata sesuai dengan prasangka mereka: ”Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-be rhala
kami”. Maka sajian-saj ian
yang diperuntuk an
bagi berhala-be rhala
mereka tidak sampai kepada Allah; dan saji-sajia n yang diperuntuk an bagi Allah maka sajian-saj ian tersebut sampai kepada berhala mereka”
(QS. al-An’am: 136).
Lihat, dalam ayat ini orang-oran g musyrik tersebut mendahuluk an sesembahan -sesembaha n mereka atas Allah dalam perkara-pe rkara sepele.
Kemudian lihat lagi ayat lainnya tentang keyakinan orang-oran g musyrik, Allah berkata kepada mereka:
و َمَانَرَى مَعَكُمْ شُفَعَآءَك ُمُ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ أَنَّهُمْ فِيكُمْ شُرَكَاؤُا (الأنعام: 94)
”Dan Kami tidak melihat bersama kalian para pemberi syafa’at bagi kalian (sesembaha n/ berhala) yang kamu anggap bahwa mereka
itu sekutu-sek utu tuhan di
antara kamu”(QS. al-An’am: 94).
Dalam ayat ini dengan sangat nyata bahwa orang-oran g kafir tersebut berkeyakin an bahwa sesembahan -sesembaha n mereka memberikan mafa’at kepada mereka. Itulah sebabnya
mengapa mereka mengagung- agungkan
berhala-be rhala tersebut.
Lihat, apa yang dikatakan Abu Sufyan; ”dedengkot ” orang-oran g musyrik di saat perang Uhud,
Abu Sufyan berteriak: ”U’lu
Hubal” (maha agung Hubal), (Hubal adalah salah satu berhala terbesar
mereka). Lalu Rasulullah
menjawab teriakan Abu Sufyan: ”Allâh A’lâ Wa Ajall” (Allah lebih
tinggi derajat-Ny a dan
lebih Maha Agung).
Anda pahami teks-teks ini semua maka anda akan paham sejauh mana kesesatan mereka yang membagi tauhid kepada dua bagian tersebut!!
Dan anda akan paham siapa sesungguhn ya Ibn Taimiyah yang telah menyamakan antara orang-oran g Islam ahli tauhid dengan orang-oran g musyrik para penyembah berhala
tersebut, yang menurutnya
mereka semua sama dalam tauhid Rubûbiyyah !”]]
Lihat FATWA MUFTI AL-AZHAR MESIR
________
Di antara dasar yang dapat membuktika
أمِرْتُ أنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتىّ يَشْهَدُوْ
“Aku diperintah
Dalam hadits ini Rasulullah
Tujuan kaum 'Wahabi' Musyabbiha
Dengan hanya hadits shahih di atas, cukup bagi kita untuk menegaskan
Di mana logika mereka, ketika mereka mengatakan
Kemudian Rasulullah
Sementara kaum 'Wahabi' Musyabbiha
Kemudian kita katakan pula kepada mereka;
Di dalam banyak hadits diriwayatk
Dalam kitab Mishbâh al-Anâm, pada pasal ke dua, karya al-Imâm Alawi ibn Ahmad al-Haddad,
”Tauhid Ulûhiyyah masuk dalam pengertian
Ayat ini tidak kemudian diikutkan dengan ”Alastu Bi Ilâhikum?”
Artinya; Allah mencukupka
Di antara yang sangat mengherank
(Masalah):
وَلَئِن سَأَلْتَهُ
“Dan jika engkau bertanya kepada mereka siapakah yang menciptaka
(QS. Luqman: 25)
(Jawab): Perkataan mereka ini murni sebagai kebatilan belaka. Bagaimana mereka berkata bahwa seluruh orang-oran
أَأَرْبَاب
”Adakah rabb-rabb yang bermacam-m
(QS. Yusuf: 39).
Dalam ayat ini Nabi Yusuf menetapkan
Perkataan kaum Musyabbiha
Dalam majalah Nur al-Islâm, majalah ilmiah bulanan yang diterbitka
[[“Sesungg
وَلَئِن سَأَلْتَهُ
“Dan jika engkau bertanya kepada mereka siapakah yang menciptaka
Ayat ini menceritak
إِن نَّقُولُ إِلاَّ اعْتَرَاكَ
”Kami katakan bahwa tidak lain engkau telah diberi keburukan atau dicelakaka
Sementara Ibn Taimiyah berkata bahwa dalam keyakinan orang-oran
وَجَعَلُوا
”Lalu mereka berkata sesuai dengan prasangka mereka: ”Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-be
(QS. al-An’am: 136).
Lihat, dalam ayat ini orang-oran
Kemudian lihat lagi ayat lainnya tentang keyakinan orang-oran
و َمَانَرَى مَعَكُمْ شُفَعَآءَك
”Dan Kami tidak melihat bersama kalian para pemberi syafa’at bagi kalian (sesembaha
Dalam ayat ini dengan sangat nyata bahwa orang-oran
Lihat, apa yang dikatakan Abu Sufyan; ”dedengkot
Abu Sufyan berteriak:
Anda pahami teks-teks ini semua maka anda akan paham sejauh mana kesesatan mereka yang membagi tauhid kepada dua bagian tersebut!!
Dan anda akan paham siapa sesungguhn
Lihat FATWA MUFTI AL-AZHAR MESIR
________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar